Mendudukan suami pada singgasananya...


Tulisan ini terlintas jauh sebelum aku menjadi seorang istri serta ibu ☺

Tulisan ini juga terinspirasi dari seorang motivator kesukaanku, febrianti almeera. sosok perempuan yang menurutku amat begitu tegas nan tangguh, tapi tidak juga jauh dari fitrahnya sebagai seorang istri dan ibu yang lembut, begitula yag kunilai dari tulisan tulisannya. hihih

Tapi memang itulah kenyataannya, dan memang mendudukan suami pada sinngasananya menjadi salah satu tujuan hidupku.

Semasa single yang telah sejak lama bisa berpenghasilan sendiri, bukan tak mungkin aku bisa membeli beberapa aset dan investasi untuk kehidupanku dimasa akan datang, termasuk rumah.. namun entah mengapa sejak semasa single justru aq tidak terpikirkan untuk membeli rumah, atau bahkan mencicil rumah terlebih dahulu sebelum menikah.. sebab aku punya pandangan lainsoal itu.

Aku akui mungkin banyak dari beberapa teman perempuanku telah begitu hebat membeli banyak investasi dalam hidupnya, seperti rumah dan mobil, memang rasa rasanya agak insecure bila disandingkan dengan mereka yang telah memiliki banyak investasi dalam hidupnya, meski mungkin ada yang mencicil atau cash, aku tak mempermaslahkan hal itu, sebab menurutku semua dilihat dari niatnya dan kadar kebetuhan masing masing.

Aku pribadi lebih memilih hidup berjalan apa adanya, aq lebih suka membeli kendaraan atau aset seperti emas dan tanah, tapi belum bsa sampai sana juga sih hihih

Alasan kenapa aq tidak berniat sama sekali untuk membeli rumah atau mencicilnya, ah banyak sekali..selain ingin mendudukan suami ku pada singgasananya, banyak hal yang ku pertimbangkan atas itu semua.

Saat belum menikah, terkadang wanita yang memiliki banyak aset seperti rumah dll, maaf tekesan kita sebagai seorang wanita pasti ada rasa  sombong, dan merasa tinggi, hingga kadar atau standar pemilihan calon suami pun pasti tidak dipungkiri bisa ingin lebih tinggi, padahal hakikatnya bila kita masih terpentok oleh sebuah kriteria itu berarti kita belum sepenuhnya menerima tentang ketetapan Allah.. 

Kemudian saat sebelum menikah, aku lebih sibuk mengurus urusan keluarga intiku, sebab biar gmnapun menurutku rumah yang menjadi tempat teduhku adalah menajdi tanggung jawab suamiku, yang melindungiku, entah nanti ia akan bawa kemana diriku, namun menurutku tempat teduh adalah murni tanggung jawab seoarang suami.

Disamping itu, tidak dipungkiri, cicilan yang menurutku sebenarnya aku memang tidak sanggup, karena emang ga ada niat, barangkali klo diniatkan ya bisa bisa saja. hihi tapi sungguh aku tak pernah ada niat untuk membeli atau mencicil rumah saat sebelum menikah.

Aku lebih suka membeli bersama, setelah menikah, membangun bersama dll meski Alhamdulillah setelah menikah suamiku sudah memiliki rumah, walau memang masih cicil, tapi setidaknya sebelum menikah memang sudah mempunya tanggung jawab dan konsekuensi menjadi kepala keluarga.

Tujuan Akhirku, menikah, sebab menikah pun adalah ibadah terpanjang, sebelum menikah pun banyak sekali hal hal yang kufirkan, sebisa mungkin semasa single aq tak ingin menjadi pribadi yang sombong, dan merasa tinggi, aku tak ingin berperang dengan waktu dn emosi, aq tau diriku yang terkadg merasa tinggi hati dsb, itu sebabnya pula aq tidak berniat untuk membeli aset apapn yang menjadi boomerang bagi kehidupan rumah tangga ku dikedepannya.. 

Sebab bagi ku menjadi perempuan memang banyak kelemahannya yang berada pada kata kata rayuan serta pujian. hihi sehingga aq sendiri pun takut untuk melangkah, namun bila memang sudah menikah maka semua keputusan tentang diriku ada pada suamiku..