tidak ada sesuatu yg bergeram atas seizin Allaj, dn takdir Allah tidak pernah salah. 

setelah resign, banyak hikmah yang aku dapat, diantaranya

1 .Aku bisa merasakan bagaimana menjadi IRT sesungguhnya yang benar benar hanya mengandalkan penghasilan dari suami, merasakan bagaimana sehari hari dengan anak anak yang ternyata justru kalau ditemani mamanya jauh lebih rewel, manja . wkwk tapi memang kesehariannya kita bisa pantau. walau jujur justru perasaan takut gagal jadi ibu yang baik itu jauh lebih besar daripada saat tinggal mereka bekerja. bagaimana tidak, rasanya berkutik setiap hari dengan kegiatan yang itu itu aja, tapi setiap harinya mood justru harus bisa diubah jadi lebih baik harusnya. hihi tapi nyatanya kesabaran diriku sebatas tisu. :(

tidak heran kalau memang ganjaran seorang ibu itu surga. 

walaupun pada dasarnya aku memang tetap ingin bekerja, saat setelah melahirkan anak kedua ku. 

dan ternyata, aku dapat hikmah lagi 

2. cari kerja itu susah, apalagi untuk ukuran usia , dan juga perempuan yang sudah memiliki anak. dulu sih mindsetny sebenrnya gini. cari kerja itu gampang asal kita ga pilih pilih dan jalanin aja, tapi ternyata emang harus pilih pilih ko, untuk masa depan. karena dulu saya berpedoman seperti itu, y akhirnya jadi susah sendiri ketika ingin dapat sesuatu yang benar benar bisa menjamin kita dihari tua. karena dulu setelah lulus kuliah emang niatnya kan tidak mau pindah pindah kerja dan mentap dikantor, tapi keadaan ku kemarin saat bekerja benar benar harus berhenti,  disamping aku juga mau fokus sama kehamilan anak kedua ku, walau aq juga sadar sih kualitas diri ku kalau dikantor gimana, tapi itu juga yang sebenarny membuat aku jadi semakin buru buru harus benahi diri. aku jadi tidak menghargai diri ku sendiri, yang padahal aku itu anakny rajin, dan mau belajar. asal semuany jelas sesuai aturan, terbukti selama kerja bahkan sakitpun aku masih bertanggung jawab sama kerjaanku,dan resign dgn baik baik mengajarkan anak baru dengan benar dan meninggalkan semuanya baik baik, versiku, karena kalau versi orang lain ga akan ada baiknya dan ga ada sempurnanya, ada aja celah dan salahnya. walau saat setelah resign dan melahirkan aku memang sempet down, karena kondisi fisik ku yg udah ga sekuat dulu, dan semangatku yang semakin pasrah. pasrah bukan menyerah, ketika mulai terjun melamar lamar lagi, tentu aku beradaptasi dengan hal yang baru jauh dari 6th yang lalu ketika pertama aku mulai kerja dikantor, bahkan untuk tes kualifikasiny pun berbeda, aku jadi banyak belajar lagi, ada yan lolos ada yang tidak ada kabar, dan disitu letak pasrahku. aku sadar kapasitas diriku, tapi satu sisi ada yang menguatkan aku pribadi yang mau belajar, aku yakin Allah mendengar doa doaku, penyesalan ku hingga rasaku ingin sekali berada dijalan yang Dia Ridhoi walau sekarang aku buntu tidak tahu harus bagaimana lagi.

aku pernah menangis sambil makan, karena jujur aku manusia yang lemah, aku nangis karena waktu aku terjun kembali didunia merchandiser aku ga tau jalan, dan nyasar selama 3 jam. aku udh liat maps, tapi emang rada bingung. walau akhirnya ketemu juga. tpi aku sedih, karena aku harus mulai benar benar dari bawah bahkan bisa dibilang nol lagi, diusiaku yang tidak muda, dan ketika aku harus berjuang untuk anak anakku.

aku bukannya tidak bersyukur dengan gaji suamiku, dn kekeh mau kerja, sebenarnya aku justru sangat bersyukur karena baru setahun aku resign justru perkembangan incame suamiku bisa dibilang sangat melesat. tapi, kembali lagi aku belajr bagaimana jadi irt yang tidak mudah, apalagi suamiku ada KPR, kita berduapun sedang mencari solusi untuk itu, antara kita over kredit,cari yg subsidi, atau kita jual, beli rumah yang sukur sukur seharga jual rumah kita. dan itu semua pun butuh proses tidak mudah.

3. aku jadi menghargai akan waktu, akan apa yang aku miliki, aku juga jauh lebih merasa diri ini emang ga ada apa apanya, lebih rendah hati, walau saat rendah hati, justru diri direndahin sana sini, aku belajar bahwa semua orang baik tapi tidak semua akan kekal menjadi baik, aku tidak bisa berharap pada siapapun kecuali ALlah.

4. aku jadi lebih menghargai perasaan orang tuaku, aku jadi bisa jauh lebih empati dan semangatku untuk kerja bertambah, aku juga jadi lebih legowo kalau mama bapak suka marah marah, memang ga ada yang bsa lari dari sebuah rasa lelah yang akhirnya memicu emosi kita, itu kenapa saling mengerti dan menghargai itu sangat dibutuhkan. 

mungkin ini yang dinamakan mengerti setelah menjadi

sebenarnya aku sedang berharap bisa masuk sebuah perusahaan yang ketika aku datang aku merasa itu jawaban dari doa doa ku, tapi balik lagi, aku hanya pasrah setelah beberapa lamaran pekerjaan ku sebar, semua seleksi ku ikutin dan berdoa, walau ada harapan yang begitu besar tapi kembali lagi, Allah lebih Tahu yang terbaik utnuk hambaNya.