Pada hari dan tanggal itu, tepat satu tahun hari ini, ibu menyematkan cincin dijari manisku, pertanda pengikat hubunganku dengan anaknya.
.
.
jujur dari semua rangkaian perjalananku dengan suami, saat menjadib teman hingga menikah, pertemuan dengan ibu adalah pertemuan yg paling terkesan, yang paling membuatku terharu, yang paling membuatku kala itu sebenrnya ingin sekali memeluknya. hihih, hal yang membuatku seperti memiliki doa panjang darinya...
.
.
aku yang kala itu benar benar hanya pasrah bagaiamana pendapat kedua orang tua suami, dn keluarganya tentangku, walau dalam hati selalu bergumam , ya Allah beri yg terbaik."
.
.
memiliki background sama sma pernah g d restui sama pilihan masing masing, aku tau betul bagaimana rasanya ketika orang tua yg sudah memutuskan suatu hal. apalgi menyangkut pernikahan.
.
.
rasanya aku pun tak bisa berharap lebih kala itu, karena memang status ku dengan suami kala itu hanya benar benar teman, teman yang g pernah tau endingnya sebenrnya seperti apa, karena sama sama ga mau berharap lebih, karena sama sama tau apa yang menjadi keinginan orang tua kita, dan sebenrnya seperti apa, tapi karena kita pun tau usia sudah tidak muda lagi, waktu pun terus berputar, kita ga mungkin trus menerus menjalin hubungan yang tanpa arah dan kejelasan .
.
.
Dan kala itu kita sama sama tau bahwa restu oorang tua adalah nomer satu, kita ga pernah bahas soal perasaan, karena takutmasing masing kecewa, aku tau bagaimana berkecamuknya perasaan dia begitu pun aku, kalau aku pribadi kala itu merasa seperti ada yang belum selesai antara aku dan dia, padahal sebenarnya ada beberapa orng yang sedang dekat, kalau dari kacamata orang tuaku, mereka memang lebih condong pada suamiku kala itu, tapi aku bilang pada mereka bahwa aku hanya berteman, tapi sebagai orang tua tentu mereka pun khawatir kalau terus menerus temenan, nanti yang mau dekat dan serius pada kabur.
.
.
entah kenapa rasanya menurutku aku harus datang ke rumahnya, lagipula aku juga punya sanak saudara disana, meski memang sebenarnya aku pun tidak tahu bagaiaman perasaanku pada suamiku kala itu, tapi aku merasa memang harus diselesaikan, kalau memang suamiku itu adalah jodohku maka semua akan dipermudah, bagiku dalam urusan jodoh kita tidka bisa menebak dengan siapa siapanya, kita juga tidak bisa memahami arti kesiapana kesiapan kita yang sesungguhnya, aku hanya tidak ingin terjebak dalam hubungan yang tidka pasti, jika kuncinya ada diorang tua kenapa tidak aku coba bertemu dengan mereka..
.
.
Saat sebelum pergi, bapak bilang, " is, nanti kalau udah sampai sana, usahakan jangan ada niat untuk berharap lebih, naitkan untuk silaturahmi, dan datang ke tempat saudaramu lebih dahulu," sebenrnya saat itu aku merasa sedikit sedih, sebab aku merasa seperti orang yang berjuang sendiri atau sepeti perempuan yang ngejar2 laki laki, tapi bapak bilang setiap orang punya jalan cerintanya masing masing, jujur aku melakukan itu karena aku pun ga mau kelak jika aku bertemu dengan jodohku yang ternyata bukan suami ku kal itu, dan cerita ku belum selesai dengan dia itu menajdi boomerang bagi rumah tangga ku, sebab saat itu aq tidak bisa membohongi tentang rasa nyaaman ku pada suamiku, bukan definisi suka, tapi entah kenapa ya memang seperti belum selesai saja, walaupun masing2 dari kita kala itu pun sama sama sedang mencari, tapi bagaimana bsa fokus kalau masing masing dari kita saja tidak ada yang berani mengkahiri, sedang usia semakin menua, waktu terus berjalan, dan mungkin pula kita menyakiti orang2 yang dekat dengan kita saat itu.
.
.
Aku menikmati perjalananku kerumahnya, karena memang kebetulan arah kampung halaman ku dengannya searah, dan memang aku suka melihat pesawahan, atau pohon2 lebat yang memanjakan mata, dan kebetulan memang rumahnya dekat dengan rumah bu'le ku, berkali kali dia bilang lansgung saja kerumahnya, berkali kali juga aku tolak, aku tidak ingin terburu uru, lagi pula aku disana punya saudara bukan sekedar ingin main tapi memang ingin silaturhami.
.
.
aku berangkat pagi2 sekali, biar sampai rumah bu'le ga kemaleman, dan bisa main bareng sma suami, hihihi mau jalan jalan dan mau tau daerah banyumas , tapi qodarallah mobil yang ku tumpangi sepertinya sangat lambat, karena kendala mesin, boro boro sampai siang atau sore, yang ada hari mulai gelap , dan mobil mengalami kemogokan, aku yang sejak diperjalanan terus dipantau sma suami kala itu, bilang kalau mobil aku mogok, ternyata mogokny ga jauh dari rumahnya, alhasil mau ga mau aku minta d jemput karena kata keneknya mogokny akan lama, dan aku gtw daerah sna sama sekali.alhasil niat ku ingin jalan jalan dengan dia dan biar dia tau rumah bu'le ku terlebh dahulu agar besok kalau mau main ga nyasar , walau agak larut dan ga bener bener bisa jalan2 di daerah banyumas .hihih masha Allah, seperti emang udah jalannya begitu ..
.
.
dan saat di rumah bu'le seperti baisa saja saat dia main kerumahku, ngobrol ngobrol , tapi entah kenapa obrolan kali itu sedikit agak menyinggung kita berdua, saat bu'le ku bercerita tentnag sebelum mereka menikah, tentang sebuah pilihan, namun pula restu, baginya terkadang sebagai laki laki kit apun harus yakin dengan pilihan kita, dan saat orang tua yakin dengan kita pula maka mereka jga yakin dengan pilihan anaknya , bagi dia jodoh itu ga ada yang tau, pertemuan yang singkat, keyakinan serta restu.
.
.
aku dan suami kala itu hanya slaing menatap dan tersenyum, seraya berifkir ko jadi seperti ini pembahasannya ya. hihiih
.
.
malam makin larut, suamiku pun pulang, dan saat pulang aku bercerita kepada bule pale ku, bahwa sebenenrya selain silaturahmi menengok bule pale, aq juga ada urusan dengan nya, aku ingin menyelesaikan apa yang harus diselesaikan, aku ingin semaunya jelas kedepannya tentang aku dan dia, bule pale ku sangat serius mendengarkan, dan setelah itu tersenyum, entah mengpa mereka justru yakin bahwa aku dan dia berjodoh. aku hanya diam, sebab aku tidka ingin benar2 berharap sebelum aku bertemu dengan orang tuanya.
.
.
keesokan harinya pa'le ku bertenya detail dengannya, tujuannya niatnya, rumahnya, hihi begitulah keluargaku . apalgi aku yang benar2 baru pertama kali sendirian ke luar kot ajauh tanpa ditemani siapapn, jelas kluargaku akan khawatir, dan nnya detail sma yang ngajak pergi.
.
.
aku tidak lansgung ke rumahnya, sebab saat itu sedang ada acara di balai desa gitu, kebetulan semua keluarga berkumpul dsna, dan sesampainya disana, aku melihat sepasang suami istri yng tersenyum pada kita, aku gtw siapa mereka, ternyata itu kaka nya suami, hihih.. mereka langsung bertanya aku orang mana, jelas saja aku sudah terbiasa dengan pertanyaan semacam itu. hihih.
.
.
saat sedang duduk tiba tiba ad seorang wanita yang dari kejauhan sudah tersenyum dan menhampiriku bersama yang lain, dan ternyata ibu. hihih
.
.
Ibu memandangiku sambil terus senyum dan bertanya tentang asal usul ku, aku mengerti, hihih memang sudah pasti aku lebih dapat pertanyaan tentang asal usul bukan jmlah kekayaan udh punya apa dsb, hihih seperti yang pernah ku alami.
.
.
aku maklum sekali ibu lebih bertanya tentang asal usul ku keturunanku, asli mana dsb, itu pertanyaan yang sangat wajar, apalgi ibu menginginkan anaknya punya istri yang asli sana . aku hanya bilang aku keturunan jawa, bapakku cilacap, mamaku emang asli subang, tapi aku punya saudara di banyumas, dan beberpa juga di kebumen serta cilcap, kebetulan aku lagi main ke tempat saudaraku yang masih satu kabupaten .
.
.
aku fikir aku bakalan lebih kalem, ternyata aqu tidak bisa jadi orang lain, hihih aq seperti biasa saja berbincang2, meski aku sedikit bingung dengan beberapa obrolan berbahasa jawa. hihih
.
.
saat pulang kerumah aku bertemu dengan bapak, entah kenapa justru saat bertemu dengan bapak aku degdegan, hhihihi sampai sampai bikin aku gerogi dan baper, dan entah kenapa aku malah justru jadi semakin pasrah, tapi pasrah yang sampai menangis, aku ga tau kenapa. saat setelah selesai sholat dzuhur sebelum makan siang bersama tiba tiba aku cuma berdoa 'YA Allah kasih jalan yang terbaik", tapi tiba tiba air mataku mengalir, aku buru2 menghapusnya, tkut diliat suami kala itu, terus diledikin lagi. hihih.
.
.
suasana makan yang begitu serius, untuk bunyi piring saja aku takut, sepertinya sudah keliatan aku gerogi, dari daging yang akhrinya hampir mental ku potong, dan suamiku kala itu mentrtawakanku, aku tau dia pasti sedang meledek, setelah selesai makan, ibu bapak mengajakku berbincang tentunya bersama suami juga...
.
.
disiitu, ibu menatap kearahku, memegang bahuku, menjelaskan keadaan suamiku, entah kenapa aku sedikit tegang, namun tenang, ada satu kalimat yang selalu teriang dalam ingatanku ketika ibu berkata " terimakasih ya sudah mau menjadi teman untuk anak saya, semoga bisa untuk selamanya." aku bertnaya spontan untuk memperjelas yang kudengar, "maksudnya bu ?"tanyaku bingung. " istilahnya teman hidup lah gtu." kata ibu...
aku tertunduk dan menajwab spontan,"insha Allah siap."tapi setelah itu kita tertawa bersama, membuatku jadi bingung, bener ga sih aku jawabnya. hehehe.
.
.
bapak pun ikut tertawa, dia bertanya semalem mobil yang ku tumpangi mogok didaerah mana, suasana pun mulai mencair, ada perasaan lega, seneng,tapi masih penasaran, entah itu apa. hihih
diperjalanan, suamiku memgang tanganku, dia bilang "Alhamdulillah." tinggal cari cincin dia bilang, aku bertanya, emang dirimu suka sma aku, huu jangan jangan karena terpaksa ya, hhiih sumamku bercanda sambil benar2 ingin tahu isi hatinya, jujur saja kita ga pernah bahas soal perasaan semua mengalir begitu saja, bahkan aku sendiri pun gtw mengapa pertemuanku dengan orang tuanya seakan begitu mudah, entah lah perasaan perempuan sepertiku memang aneh, minta d permudah tapi aku masih bertanya tanya. hihi.
.
.
selepas bertemu orang tuanya, kita masih tidak bahas soal perasaan, aku bahkan ga bertanya kapan dilamar, dan seperti apa kedepannya, aku benar benar sangat pasrah sekali berjalan seperti itu, kata mama aku harus sabar, tapi aku tidak suka hal menggantung sperti itu, seperti tidak ada ketidak tegasan, pada suamiku kala itu, perasanku seperti digantung gantung, aku sempat benar benar yaudalah gimana Allah aja, aku udah berusaha ya kalau jodoh pasti dipermudah, kalau ga jdooh ya pasti ada yang lebh baik lagi ..
.
.
tepat satu bulan setelah bertemu orang tuanya, aku mulai lelah dengan semuanya yang tidak ada kepastian,kejelasan hubungan boro boro hubungan perasaan aja masih nano nano, wkwkw
.
.
tapi tiba tiba suamiku lansgung telepon, bukan wa lagi, dia bilang seminggu lagi keluarganya mau datang melamar, aku biasa aja, hanya bilang emng g terlalu cepet ya, tpi yauda aku cba bilang klrga ku mereka menyetujui, tpi qodarallah ternyata seminggu kemudian nya lagi keluarganya mau datang melamar, aku masih ga percaya. hehe
.
.
aku yang tidak pernah membahas soal perasaan, tanggal impian pernikahan, konsep dan semuanya, semua benar benar tergantung keluarga kita, dan sampai akhirnya 13 oktober 2019 suamiku melamar, dan jatuh pada tgl 22 desember 2019 kita menikah, masha Allah, jeda waktu yang singkat, tanpa berharap macam2 kecuali minta dipermudah sma Allah semuanya, gimana Allah aja pokonya saat itu..
.
.
dan bahkan sampai sekarang aku dan suami ga pernah membicarkan hal hal yang berat2 yang romantis romantis, bertolak belakang sekali denganku yang suka kata kat romantis gombal gombal. hihih
.
.
tapi karena Ibu lah aku sealu merasa menjadi pemenang untuk hati suamiku, aku merasa saat ibu bilang menjadi " teman Hidup " adalah doa untukku, dan ga ada yang bisa mengubah itu semua... aku berharap bisa mendampingi suamiku sampai akhir hidupku...
.
.
terimakasih ibu, andai ibu tau aku sangat senang dengan pertemuan kita, aku pun berharap aku bisa membahagiakan ibu bapak..
.
0 komentar:
Posting Komentar